Laporan ini
membahas tentang Reverberation Time atau
waktu dengung. Waktu dengung adalah waktu yang diperlukan tekanan suara dalam
ruang untuk meluruh sebesar 1/1000 dari tekanan suara mula-mula, atau tingkat
tekanan suaranya berkurang sebesar 60 dB sejak sumber suara dihentikan hingga
tidak terdengar lagi. Ada dua jenis parameter akustik ruang parameter yang bersifat temporal monoaural yang bisa dirasakan dengan menggunakan
satu
telinga saja
(atau diukur dengan
menggunakan single microphone)
dan parameter yang bersifat binaural yang hanya bisa dideteksi dengan dua
telinga secara simultan
(atau diukur menggunakan dua microphone
secara simultan).
Adapun pada praktikum P3 kali ini, kami melakukan percobaan untuk mengukur
reverberation time pada ruang kelas P103 di jurusan Teknik Fisika, dengan menggunakan
alat antara lain SLM, petasan, tripod, laptop dan software real time analyzer,
nantinya akan dibuat simulasi dengan menggunakan software sketchup dan ease.
iii
|
ABSTRACT
This report discusses the Reverberation Time. Reverberation time is the time it takes the sound pressure in space to decay by 1/1000 of the early sound pressure , or sound pressure level is reduced by 60 dB from the sound source is stopped until no longer heard. There are two types of acoustic parameters parameter space temporal monoaural that can be felt by using one ear only ( or measured using a single microphone ) and the parameters that are binaural that can only be detected with two ears simultaneously ( or measured using two microphones simultaneously ) , As for the practical P3 this time , we conducted an experiment to measure the reverberation time in classrooms P103 in the Department of Engineering Physics , using the tools they are SLM , firecrackers , tripod, laptop and software real time analyzer , will be made simulations using software SketchUp and ease.
iiii
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Resmi Akustik P3 mengenai Reverberation Time pada Ruangan.
Reverberation Time merupakan
pengukuran dibidang akustik yang sangat bermanfaat. Dengan adanya perhitungan
RT kita dapat mengetahui nilai-nilai RT yang ideal untuk tiap-tiap jenis ruang.
Sehingga dengan adanya praktikum Reverberation
Time pada Ruangan ini diharapkan
dapat mengetahui dan juga memperbaiki kondisi ruangan tersebut dengan simulasi
software Sketch Up dan Ease.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada ;
1. Dosen pengajar mata kuliah Akustik Bapak
Wiratno A. Asmoro
2. Asisten Praktikum Akustik
3. Teman-teman Teknik Fisika 2014 yang telah
membantu
Akhir kata, semoga Laporan Resmi
Akustik P3 ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Serta penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan susunan
laporan yang lebih baik.
Surabaya, 16 Nopember 2015
Penulis
iiv
|
DAFTAR ISI
iv
|
ivi
|
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ivii
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ruangan
memiliki beberapa karakteristik, salah satu nya akustik ruang. Akustik ruang
adalah bentuk atau geometri ruangan yang mempengaruhi distribusi suara di
ruangan tersebut. Setiap ruangan memiliki karakter akustik ruang yang
berbeda-beda, tergantung pada kegunaan ruangan tersebut. Untuk menyesuaikannya,
suatu ruangan dapat dikondisikan dengan mengoptimalkan geometri ruangan.
Apabila masih kurang optimal, ruangan tersebut dapat ditambahkan
material-material yang mempengaruhi distribusi suara.
Dalam mendesain
suatu ruangan diperlukan perencanaan yang tepat agar aspek sipil, estetika dan
kenyamanan ruangan tersebut tercapai. Aspek kenyamanan tersebut meliputi
kenyamanan termal/suhu ruangan maupun akustik ataupun perambatan suara yang
terjadi di dalam ruangan tersebut. Dalam hal ini kenyamanan akutik haru
memenuhi kriteria-kriteria yang sudah memenuhi standar. Salah satu parameter
akustik yang mempengaruhi aspek kenyamanan tersebut adalah waktu dengung
(Reverberation Time). Oleh karena itu, kami melakukan praktikum untuk mengukur
reverberation time pada salah satu ruang kelas di jurusan Teknik Fisika.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah pada praktikum ini antara lain :
a)
Bagaimana perbandingan
hasil pengukuran reverberation time
dengan standar yang ada?
b)
Bagaimana cara
melakukan perbaikan hasil pengukuran melalui simulasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini antara lain :
a.
Mampu membandingkan
hasil pengukuran reverberation time dengan standar yang ada
b.
I1
|
1.4 Sistematika
Laporan
Pada laporan
praktikum ini berisi lima bab yakni pendahuluan, dasar teori, metodologi
percobaan, analisa data dan pembahasan, dan penutup. Pendahuluan meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan. Dasar teori
meliputi tinjauan pustaka tentang waktu dengung atau reverberation time, parameter akustik dan kriteria akustik. Metodologi
percobaan meliputi alat dan bahan yang dibutuhkan selama percobaan serta
prosedur pelaksanaan praktikum. Analisa data dan pembahasan berisi data hasil
percobaan dan analisa praktikan mengenai data hasil percobaan tersebut serta
masalah-masalah yang praktikan temui dalam melakukan praktikum. Bagian penutup
berisi kesimpulan mengenai praktikum dan saran untuk praktikum selanjutnya.
I2
|
“Halaman ini
sengaja dikosongkan”
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Waktu
Dengung (Reverberation Time)
Waktu dengung
yaitu waktu yang diperlukan tekanan suara dalam ruang untuk meluruh sebesar
1/1000 dari tekanan suara mula-mula, atau tingkat tekanan suaranya berkurang
sebesar 60 dB sejak sumber suara dihentikan hingga tidak terdengar lagi.
Jika volume
ruangan semakin besar, maka waktu dengungnya juga semakin besar. Dan jika bahan
material dari bangunan itu memiliki koefisien dan luasan yang lebih besar, maka
waktu dengung yang didapat semakin kecil. Parameter waktu dengung (RT)
auditorium berbeda beda tergantung penggunaannya. RT yang terlalu pendek akan
menyebabkan ruangan terasa mati, sebaliknya RT yang panjang akan memberi
suasana hidup pada ruangan.
RT untuk jenis speech auditorium disarankan berada pada 0.60-1.20 detik sedangkan
untuk auditorium musik
disarankan berada pada 1.00-1.70 detik (Egan, 1976:154). Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat menyerap energi suara (RT
sangat pendek)
disebut ruang anti
dengung sedangkan ruang yang keseluruhan
permukaan dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut
ruang dengung (reverberation chamber).
I4
|
Untuk menghitung waktu dengung dengan menggunakan metode Sabine yang
ditunjukkan pada
persamaan berikut, dimana V adalah volume ruang, S adalah luas permukaan tertutup,
dan
α adalah koefisien absorbsi
dari material penutup.
RT60 = 0.161V/Sα
Metode
respon impuls dilakukan
untuk mengetahui respon
ruangan setelah diberi sumber suara impuls.
Sumber suara yang dipakai
untuk membangkitkan sebuah ruang haruslah
memiliki energi yang
cukup
di sepanjang spektrum suara hingga levelnya di atas noise
untuk memberikan akurasi yang dibutuhkan.
Contoh dari sumber bunyi
impuls
adalah
lecutan api listrik yang kuat,
suara pistol, dan suara balon
meletus.
2.2 Parameter
Akustik
Parameter yang biasa digunakan
dalam ruang tertutup secara garis
besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu parameter yang bersifat temporal monoaural yang bisa dirasakandengan menggunakan
satu
telinga saja
(atau diukur dengan
menggunakan single microphone)
dan parameter yang bersifat binaural yang hanya bisa dideteksi dengan dua
telinga secara simultan
(atau diukur menggunakan dua microphone
secara simultan).
Waktu
dengung (Reverberation Time)
merupakan parameter akustik yang
paling
awal digunakan dan masih merupakan parameter yang
paling populer
dalam desain ruangan
tertutup. Parameter lainnya yang digunakan dalam desain akustik ruang yaitu SPL (distribusi tingkat tekanan suara),
D50 (kejelasan suara
ucapan), C80
(kejernihan suara
musik), G (kekuatan sumber suara),
EDT (Early Decay Time), Tx (waktu
dengung ruangan), ITDG
(waktu tunda pantulan awal, intimacy),
IACC (Inter-Aural Cross Correlation), dan LEF (Lateral Energy Fraction).
I5
|
Parameter ini
merupakan parameter pengukuran tingkat kejernihan pada ruang konferensi atau ruang
kelas. Intimacy merupakan parameter yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang
suara langsung dengan
pantulan
awal
pada setiap titik pendengar dan
dinyatakan
dalam Initial Time Delay Gap (ITDG)
2.3
Kriteria Akustik
Untuk mendapatkan ruangan yang baik
secara akustik,
ada
beberapa kriteria akustik yang harus diperhatikan. Kriteria akustik
tersebut
meliputi:
Ø
I6
|
Ø Intimacy: Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita mendengar suara
yang dibunyikan dalam ruangan tersebut. secara
objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda (beda waktu) datangnya suara langsung
dengan suara pantulan awal yang datang ke suatu posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu tunda ini, makin intim medan suara didengar oleh
pendengar. Beberapa penelitian menunjukkan harga waktu tunda yang disarankan adalah
antara 15-35
ms.
Ø Fullness vs
Clarity: Kriteria
ini
menunjukkan jumlah
refleksi
suara
(energi
pantulan) dibandingkan dengan
energi suara
langsung yang dikandung dalam
energi suara yang
didengar oleh pendengar yang
berada dalam ruangan tersebut.
Kedua kriteria bersangkutan satu sama lain.
Bila perbandingan energi pantulan
terhadap energi suara langsung
besar, maka medan suara akan terdengar penuh (full). Akan tetapi, bila melewati rasio tertentu, maka
kejernihan informasi yang dibawa suara tersebut akan
terganggu. Dalam
kasus
ruangan digunakan untuk kegiatan bermusik,
kriteria C80 menunjukkan hal ini.
(D50 untuk speeh).
Ø Warmth vs
Brilliance:
Kedua kriteria
ini
ditunjukkan oleh spektrum waktu
dengung
ruangan. Apabila
waktu dengung
ruangan pada
frekuensi-frekuensi
rendah
lebih besar daripada frekuensi mid-high,
maka ruangan akan
lebih terasa hangat (warmth).
Waktu dengung yang lebih tinggi di daerah frekuensi rendah
biasanya lebih disarankan untuk ruangan yang digunakan untuk kegiatan bermusik. Untuk ruangan yang digunakan untuk
aktivitas speech, lebih disarankan
waktu dengung yang flat untuk frekuensi rendah-mid-tinggi.
Ø
I7
|
Ø Blend and ensemble: Kriteria Blend menunjukkan bagaimana kondisi mendengar
yang dirasakan di area pendengar. Bila seluruh sumber suara yang
dibunyikan di ruangan tersebut tercampur dengan
baik (dan dapat dinikmati tentunya), maka kondisi mendengar di ruangan
tersebut dikatakan baik. Hal ini berkaitan dengan kriteria bagaimana suara di area panggung diramu (ensemble). Contoh, apabila
ruangan digunakan untuk konser musi symphony, maka pemain di panggung
harus bisa mendengar (ensemble) dan pendengar di area pendengar
juga
harus
bisa mendengar (blend) keseluruhan (instrumen) symphony yang dimainkan.
I8
|
BAB
III
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada bab ini
menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam paktikum. Berikut ini penjelasan
mengenai praktikum yang telah dilakukan, antara lain :
3.1 Alat
dan Bahan
Dalam praktikum
kali ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Meteran
b. Petasan
c.
Microphone / Sound Level Meter
d. Laptop yang sudah terinstall Real Time Analyzer
3.2
Langkah-langkah Percobaan
Adapun
langkah-langkah dalam melakukan percobaan ini antara lain :
·
Langkah pengambilan
data
1. SLM
disambungkan ke laptop yang sudah terinstall dengan Real Time Analyzer
2. Petasan
diletakkan ditengah ruangan pada ketinggian 1,5 meter dari tanah
3. Sound Level Meter
diarahkan sejajar dengan petasan dengan jarak 2 meter dari petasan
4. Data
direcord pada saat petasan akan meledak hingga selesai
meledak
5. File
data disimpan sebagai data excel di laptop
6. Langkah
4 dan 5 diulangi sebanyak 3 kali
·
Langkah simulasi
1.
I10
|
2. Shape
dipilih sesuai yang dinginkan lalu drag ke
bidang gambar
3.
I11
|
4.
Windows layer dipilih
lalu tambahkan material sesuai yang diinginkan
5.
Kemudian, permukaan
yang akan diberi material diklik dan pilih material yang telah ditentukan.
Langkah tersebut diulangi hingga seluruh permukaan
6.
Disimpan dengan save as
type “Sketchup Version 7 (*.skp)
7.
Software
ease dibuka
8.
Pilih file
import/export
9.
I12
|
10.
Setelah muncul dialog
seperti berikut ini, maka file dengan format SKP yang telah disimpan dibuka,
lalu klik OK
11.
I13
|
12.
File disimpan dalam
format (*.frd), dan file tersebut dibuka lagi dari ease dengan klik file open
project maka akan ditampilkan gambar seperti berikut
13.
I14
|
14.
View Room RT agar hasil
RT dapat dilihat
15.
Didapatkan analisa
hasil RT dari simulasi
I15
|
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa
Data
4.1.1 Hasil
Percobaan Reverberation Time
Percobaan ini adalah mengenai Reverberation Time pada ruangan P-103.
Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :
I17
|
Waktu
|
TTB
|
Besar Peluruhan
|
|
110
|
75,53
|
0
|
|
110
|
75,53
|
0,035714
|
|
110
|
75,28
|
0,071429
|
|
110
|
75,14
|
0,107143
|
|
110
|
75
|
0,142857
|
|
110
|
74,91
|
0,178571
|
|
110
|
74,85
|
0,214286
|
|
110
|
74,85
|
0,25
|
|
110
|
75,1
|
0,285714
|
|
110
|
75,56
|
0,321429
|
|
110
|
75,65
|
0,357143
|
|
110
|
96,26
|
0,392857
|
|
110
|
96,26
|
0,428571
|
|
110
|
108,07
|
0,464286
|
|
110
|
110,22
|
0,5
|
|
110
|
111,16
|
0,535714
|
|
110
|
111,16
|
0,571429
|
|
110
|
111,61
|
0,607143
|
|
110
|
111,82
|
0,642857
|
|
110
|
111,91
|
0,678571
|
|
110
|
111,89
|
0,714286
|
|
110
|
111,89
|
0,75
|
|
110
|
111,86
|
0,785714
|
|
110
|
111,76
|
0,821429
|
|
110
|
111,66
|
0,857143
|
|
110
|
111,49
|
0,892857
|
|
110
|
111,49
|
0,928571
|
|
110
|
111,31
|
0,964286
|
|
111
|
111,16
|
1
|
|
111
|
110,95
|
1,038462
|
|
111
|
110,58
|
1,076923
|
|
111
|
110,16
|
1,115385
|
|
111
|
110,16
|
1,153846
|
|
111
|
109,69
|
1,192308
|
|
111
|
109,03
|
1,230769
|
|
111
|
108,23
|
1,269231
|
|
111
|
108,23
|
1,307692
|
|
111
|
107,41
|
1,346154
|
|
111
|
106,32
|
1,384615
|
|
111
|
105,19
|
1,423077
|
|
111
|
104,13
|
1,461538
|
|
111
|
104,13
|
1,5
|
|
111
|
103,06
|
1,538462
|
|
111
|
101,92
|
1,576923
|
|
111
|
100,68
|
1,615385
|
|
111
|
99,39
|
1,653846
|
|
111
|
99,39
|
1,692308
|
|
111
|
98,17
|
1,730769
|
|
111
|
96,91
|
1,769231
|
|
111
|
|
1,807692
|
|
111
|
94,3
|
1,846154
|
|
111
|
94,3
|
1,884615
|
|
111
|
93,11
|
1,923077
|
|
111
|
91,82
|
1,961538
|
|
112
|
90,52
|
2
|
|
112
|
89,18
|
2,035714
|
|
112
|
89,18
|
2,071429
|
|
112
|
87,89
|
2,107143
|
|
112
|
86,6
|
2,142857
|
|
112
|
85,32
|
2,178571
|
|
112
|
85,32
|
2,214286
|
|
112
|
84,06
|
2,25
|
|
112
|
82,9
|
2,285714
|
|
112
|
81,82
|
2,321429
|
|
112
|
80,77
|
2,357143
|
|
112
|
79,73
|
2,392857
|
|
112
|
79,73
|
2,428571
|
|
112
|
78,83
|
2,464286
|
|
112
|
78,02
|
2,5
|
|
112
|
77,29
|
2,535714
|
|
112
|
76,66
|
2,571429
|
|
112
|
76,66
|
2,607143
|
|
112
|
76,09
|
2,642857
|
|
112
|
75,7
|
2,678571
|
|
112
|
75,41
|
2,714286
|
|
112
|
75,24
|
2,75
|
|
112
|
75,24
|
2,785714
|
|
112
|
75,13
|
2,821429
|
|
112
|
75,02
|
2,857143
|
|
112
|
|
2,892857
|
|
112
|
74,91
|
2,928571
|
|
112
|
74,85
|
2,964286
|
|
113
|
74,75
|
3
|
|
113
|
74,64
|
3,038462
|
|
113
|
74,59
|
3,076923
|
|
113
|
74,59
|
3,115385
|
|
113
|
74,59
|
3,153846
|
|
113
|
74,53
|
3,192308
|
|
113
|
74,51
|
3,230769
|
|
113
|
74,55
|
3,269231
|
|
113
|
74,54
|
3,307692
|
|
113
|
74,54
|
3,346154
|
|
113
|
74,52
|
3,384615
|
|
113
|
74,49
|
3,423077
|
|
113
|
74,47
|
3,461538
|
|
113
|
74,47
|
3,5
|
|
113
|
74,43
|
3,538462
|
|
113
|
74,45
|
3,576923
|
|
113
|
74,46
|
3,615385
|
|
113
|
74,51
|
3,653846
|
|
113
|
74,51
|
3,692308
|
|
113
|
74,55
|
3,730769
|
|
113
|
74,66
|
3,769231
|
|
113
|
74,91
|
3,807692
|
|
113
|
75,05
|
3,846154
|
|
113
|
75,05
|
3,884615
|
|
113
|
75,02
|
3,923077
|
|
113
|
74,92
|
3,961538
|
|
114
|
74,87
|
4
|
|
114
|
|
4,035714
|
|
114
|
74,68
|
4,071429
|
|
114
|
74,68
|
4,107143
|
Berdasarkan tabel di atas, maka
diperoleh grafik hubungan TTB dengan waktu peluruhan (t) sebagai berikut :
Dari grafik di
atas, sapat disimpulkan bahwa pada detik-detik awal terjadi kenaikan TTB dan
peluruhan. Adapun dari tabel 4.1 di atas, didapatkan nilai RT pada ruang P103
yaitu dengan cara menghitung selisih waktu peluruhan TTB tertinggi dengan TTB
minimum.
RT = waktu
peluruhan pada TTB 74.43 – waktu peluruhan pada TTB 111,91
RT = 3,538462 - 0,678571 = 2,85989 s
4.1.2 Hasil
Simulasi
Pada P-3
dilakukan simulasi, yaitu untuk mendesain ruang perbaikan, agar RT yang didapat
ideal, yaitu sebesar 0,8-1,2 sekon dengan cara menentukan material penyusun
ruangan agar didapat hasil yang sesuai.
|
I21
|
Gambar 4-2
merupakan desain ruang menggunakan software
SketchUp untuk kelas P103 tampak depan.
Adapun daftar
material yang digunakan pada saat simulasi yaitu :
|
I22
|
|
Berdasarkan
hasil simulasi, diperoleh RT seperti ditunjukkan pada grafik diatas.
Adapun perhitungan RT dengan rumus adalah sebagai berikut :
Diketahui:
Volume
ruangan (V) = 184,4483 m3
Luas
permukaan lantai (slantai) =
56,1078 m2
Luas
permukaan atap (satap) =
56, 1078 m2
Luas
permukaan dinding (sdinding) =
92,5693 m2
I23
|
Luas
permukaan kaca jendela (sjendela) =
6,9246 m2
Luas
permukaan papan tulis (spapan tulis) =
5,4 m2
Koefisien
absorpsi (α):
Kayu = 0,07
Dinding = 0,05
Lantai = 0,03
Papan
tulis = 0,01
Kursi = 0,23
Meja = 0,23
Jumlah
kursi : 41 buah
Jumlah
meja : 1 buah
Maka,
RT60
= 0,161
RT60 = 0,161(
)
RT60 = 0,161(9,291835)
RT60 = 1,495985
4.2 Pembahasan
I24
|
Berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai RT
sebesar 1,63 sekon pada frekuensi 500
Hz. RT hasil simulasi tidak sesuai dengan
RT ideal yaitu 0,8-1,2 sekon
I25
|
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum , antara lain :
a. Berdasarkan
hasil percobaan nilai Reverberation Time yang
didapat sebesar 2,85989 detik,
hasil tersebut tidak sesuai dengan standar ruang kelas yaitu sebesar 0,8 – 1,2
sekon.
b. Berdasar
hasil simulai, didapat nilai Reverberation
Time sebesar 1,63 detik pada
frekuensi 500 Hz, hasil tersebut tidak sesuai dengan standar ruang kelas yaitu
sebesar 0,8 – 1,2 sekon.
5.2 Saran
Setelah
melakukan praktikum, kami berharap praktikum selanjutnya akan :
1. Peralatan
yang digunakan sebaiknnya memiliki kualitas yang baik, sehingga suara yang
terdengar dapat terukur dan tercatat dengan baik.
2.
Sebaiknya praktikum
dilakukan di ruangan kelas yang tertata rapih sehingga saat di simulasikan pada
software tidak terdapat perbedaan posisi benda dalam ruangan
I27
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). Modul Praktikum Akustik P-3 :
Reverberation Time pada Ruang. Surabaya: Laboratorium Vibrasi dan Akustik
Teknik Fisika ITS.
Ivii
|
LAMPIRAN
Resume Jurnal “Kajian Penerapan Prinsip-Prinsip
Akustik Studi Kasus : Ruang Auditorium Multifungsi Gedung P1 dan P2 Universitas
Kristen Petra
Andi Susanto, Jimmy Priatman, Christina E.
Mediastika
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan nyaman atau
tidaknya suatu pertunjukan pada ruang auditorium multifungsi selain faktor visual ialah faktor akustik ruang. Kualitas akustik ruang auditorium multifungsi dapat tercapai apabila memperhitungkan beberapa parameter objektif diantaranya tingkat bising latar belakang (background noise
level), waktu dengung (reverberation
time), dan
jangkauan bunyi (sound coverage). Agar dapat memenuhi parameter objektif tersebut, maka dapat dilakukan
dengan
cara menggunakan material lantai, dinding, dan plafon yang memiliki
koefisien serap yang memadai
serta
dimensi
ruang yang sesuai. Akan lebih efisien dan
ekonomis, apabila kualitas
akustik ruang
auditorium
multifungsi sudah
diperhitungkan pada
fase desain sebelum bangunan didirikan. Simulasi akustik ruang pada desain
ruang auditorium multifungsi
Gedung P1 dan P2 Universitas Kristen Petra akan dilakukan dengan bantuan
software.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh para ahli, ditemukan fakta bahwa perencanaan akustik yang kurang maksimal termasuk diantaranya akustik ruang, dapat memberikan dampak yang negatif bagi kenyamanan
beraktifitas di
dalam ruang. Mengetahui
akan
banyaknya dampak negatif yang dapat dikurangi
apabila
kualitas akustik ruang mampu dimaksimalkan dengan baik maka penulis melakukan penelitian ini. Pada penelitian kali ini,
objeknya terbatas pada ruang auditorium multifungsi Gedung P1 dan P2 Universitas Kristen
Petra yang berlokasi di Jalan Siwalankerto No. 121-131 Surabaya dikarenakan
kurangnya
penelitian
terhadap kualitas akustik bangunan
pada ruang
auditorium
multifungsi
di Indonesia.
Agar kualitas akustik dalam ruang dapat maksimal
khususnya untuk ruang auditorium multifungsi, maka ada beberapa syarat menurut
Leslie L. Doelle (1972) yang harus dipenuhi
yang akan digunakan sebagai acuan pada penelitian ini, diantaranya
ialah:
1.
Tingkat nois latar
belakang (background noise
level)
di
dalam ruang
tidak boleh melebihi
ambang batas yang ditentukan.
2.
Tingkat kualitas pemantulan (reverberation time) harus dijaga agar suara yang berasal
dari
sumber dapat diterima dengan jelas oleh pendengar.
3.
Jangkauan bunyi (sound coverage) harus merata kepada
semua penonton.
Adapun rekomendasi nilai Noise Criteria (NC) yang digunakan
pada penelitian ini
berdasarkan standar yang berlaku di Inggris dan Amerika (ASHRAE) yaitu antara 25-30
agar dapat memenuhi kedua
standar yang berlaku. RT untuk jenis speech auditorium disarankan berada
pada 0-1 detik dengan RT 0,75 detik, sedangkan untuk music auditorium disarankan berada pada 1-2 detik dengan RT optimum
1,5
detik (Indrani, 2007).
Bunyi harus dapat didengar oleh audiens secara merata pada setiap tempat duduk.
Bunyi yang ideal untuk diterima oleh audiens berkisar antara 40-60 dB.
Penelitian dilakukan dengan cara studi literatur terlebih dahulu untuk menentukan standar- standar
akustik yang akan digunakan
dan kemudian
dilakukan pengumpulan
data dan
desain auditorium multifungsi
Gedung P1 dan P2 UK Petra. Setelah itu, dilakukan
pengukuran nois luar ruang pada auditorium Gedung W UK Petra yang akan digunakan
sebagai acuan desain nois luar ruang pada auditorium multifungsi Gedung P1
dan
P2 UK Petra dikarenakan
kesamaan
karakteristik fungsi ruang dan perkiraan noisnya. Analisa akustik pada penelitian ini menggunakan bantuan software ECOTECT untuk menganalisa
prinsip-prinsip akustik yang digunakan pada penelitian ini yaitu RT, tingkat kekerasan bunyi, dan sound
coverage pada
ruang auditorium multifungsi. Penelitian
ini tidak sebatas proses
analisa dengan software terhadap desain awal saja, namun apabila desain awal tidak
memenuhi prinsip-prinsip akustik yang digunakan sebagai acuan
maka dilakukan perbaikan dan
dilakukan proses analisa
kembali. Setelah
dilakukan berbagai analisis di berbagai area di gedung auditorium, didapatkan
kesimpulan bahwa berdasarkan aspek akustik, ruang auditorium multifungsi Gedung P1 dan P2 UK Petra masih belum memenuhi prinsip-prinsip akustik apabila menggunakan material desain awal. Akan tetapi, setelah dilakukan perubahan dimensi
plafon, penggantian material terhadap
elemen dinding, lantai, dan plafon
serta penambahan alat pengeras suara (speaker) baik
secara terpusat dan menyebar
pada area
panggung dan balkon,
ruang
auditorium multifungsi Gedung P1 dan P2 UK Petra sudah cukup memenuhi prinsip-prinsip akustik
yang
digunakan pada penelitian ini.
Pentingnya Reverberation Time sebagai
Karakteristik Akustik Ruang
Reverberation
Time penting untuk dijadikan acuan dalam mendesain akustik ruang karena RT
berguna untuk kenyamanan kita saat menggunakan ruangan itu nantinya. Karena
bayangkan jika kita tidak melakukan analisa terhadap RT, maka jika RT dari
ruangan yang kita desain terlalu pendek, suasana ruangan juga akan terasa mati
dan akan berdampak pada kenyamanan orang yang berada di dalam nya, sebaliknya
jika RT nya terlalu panjang maka akan terjadi gema yang sangat panjang,
sehingga kita juga pasti tidak akan nyaman untuk bercakap di dalam ruangan
tersebut.
No comments:
Post a Comment