Tuesday, November 15, 2016

Laporan Praktikum Akustik Transmission Loss

ABSTRAK

Pada praktikum akustik P4 ini kami melakukan percobaan tentang Transmission Loss atau Rugi Transmisi. Transmission Loss adalah besarnya energi yang hilang ketika suatu gelombang bunyi melewati suatu dinding. Pada percobaan ini, hal pertama yang kami lakukan adalah mengukur tingkat tekanan bunyi pada ruang penerima dan tingkat tekanana bunyi di ruang sumber pada rentang frekuensi 125 Hz sampai 4000 Hz. Dari data tersebut kami mendapatkan nilai luas permukaan partisi baik ruang sumber maupun ruang penerima adalah 19,249 m2. Nilai konstanta ruang pada frekuensi 125,500, 1000, 2000, dan 4000 Hz  adalah 1,5539; 0,9981; 0,35547; 0,5138; 1,91245. Dari data tersebut, kami dapat menghitung besar Transmission Loss pada setiap frekuensi. Hasilnya adalah pada frekuensi 125, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz berturut-turut sebesar 7,6557; 11,8449; 31,7949; 31,332; 25,85 dB
Kata kunci: Transmission Loss, koefisien absorpsi, Noise Reduction, Reverberation Time




ABSTRACT

In the P-4 acoustic experiment, we did an experiment about Transmission Loss. Transmission Loss is the number of loses energy when a sound pass through a partition or wall. In this experiment, the first thing we did was measuring the sound level pressure in the receiver room and sound level pressure in the source room with  frequency range 125 Hz to 4000 Hz. From the data we got, we can calculate the number the area of both source and receiver chamber are 19,249 m2. The value of R on frequency 125, 250,500, 1000, 2000, and 4000 Hz  are 1,5539; 0,9981; 0,35547; 0,5138; 1,91245.  Then, we can calculate the transmission loss by the data we got for each frequency. The results, for frequency 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, and 4000 Hz, the value of Transmission Loss are  7,6557; 11,8449; 31,7949; 31,332; 25,85 dB
Keywords: Transmission Loss, absorption coefficient, noise reduction, reverberation time









KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Akustik P4 mengenai Transmission Loss
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
1.         Dosen pengajar mata kuliah Akustik Bapak Heri Justiono
2.         Asisten Praktikum Akustik
3.         Teman-teman Teknik Fisika 2014 yang telah membantu
Akhir kata, semoga Laporan Resmi Akustik P4 ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Serta penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan susunan laporan yang lebih baik.
Surabaya, 14 Desember 2015




Penulis



BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Salah satu parameter akustik yang digunakan untuk mendesain ruangan agar ruangan tersebut menjadi lebih nyaman untuk digunakan adalah Transmission Loss. Transmission loss (TL) atau rugi transmisi bunyi menyatakan besarnya sebagian energi yang hilang karena gelombang bunnyi melewati suatu penghalang. Transmission loss (TL) umumnya digunakan sebagai parameter kemampuan bahan dalam  meredam sebuah suara. Adanya transmisi suara  yang  tidak diinginkan di dalam suatu ruangan menyebabkan ketidaknyamanan akustik di suatu ruangan. Di dalam bangunan atau ruang mesin, kemungkinan TL dapat terjadi pada semua bahan pada elemen bangunan, misalnya bahan lantai bertingkat, dinding ruang eksterior maupun interior, bahan bukaan (pintu dan jendela), maupun plafond.
Jadi, untuk mengukur tingkat kenyamanan suatu ruangan kita harus mengetahui Transmission Loss yang terjadi pada ruangan tersebut. Oleh karena itu, dengan melakukan praktikum Transmission Loss ini diharapkan kami dapat menentukan besarnya Transmission Loss pada suatu ruangan.

1.2    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum ini antara lain :
a.       Bagaimana cara menentukan Transmission Loss pada suatu ruangan

1.3    Tujuan

Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah
a.       Mampu menentukan Transmission Loss pada suatu ruangan

1.4    Sistematika Laporan

Pada laporan praktikum ini berisi lima bab yakni pendahuluan, dasar teori, metodologi percobaan, analisa data dan pembahasan, dan penutup. Pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika laporan. Dasar teori meliputi tinjauan pustaka tentang koefisien absorbsi, transmission loss dan ruang pengukuran transmission loss. Metodologi percobaan meliputi alat dan bahan yang dibutuhkan selama percobaan serta prosedur pelaksanaan praktikum. Analisa data dan pembahasan berisi data hasil percobaan dan analisa praktikan mengenai data hasil percobaan tersebut serta masalah-masalah yang praktikan temui dalam melakukan praktikum. Bagian penutup berisi kesimpulan mengenai praktikum dan saran untuk praktikum selanjutnya.







                        





BAB II

DASAR TEORI

2.1       Transmission Loss

Dalam desain bangunan, kenyamanan akustik merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan. Adanya transmisi suara  yang  tidak diinginkan di dalam suatu ruangan menyebabkan ketidaknyamanan akustik di suatu ruangan. Banyak faktor akustik yang dapat menjadi bahan pertimbangan, salah satunya adalah transmission loss. Transmission loss (TL) atau rugi transmisi bunyi menyatakan besarnya sebagian energi yang hilang karena gelombang bunnyi melewati suatu penghalang (Hemond,1983) seperti ditunjukkan pada gambar dibawah berikut.

Gambar 2.1  Proses terjadinya Transmission loss pada material akustik
 








Pada gambar tersebut menunjukkan terjadinya pengurangan intensitas bunyi, pengurangan  ini  terjadi karena  karakter  material  akustik  merubah  energi  bunyi  menjadi bentuk energi lainnya, apakah melalui proses konduksi, konveksi atau transmitansi. Dengan adanya proses perubahan tersebut, maka yang tersaring dan keluar menjadi energi bunyi lagi hanya sebagian saja. Proses inilah yang dimaksud dengan rugi tranmisi bunyi atau transmission loss (TL).
Transmission loss atau rugi transmisi dapat didifeinisikan dengan rasio logaritmis antara daya suara (Wτ) yang ditransmisikan oleh sebuah bahan partisi terhadap daya suara yang datang (Wi). Transmission loss (TL) umumnya digunakan sebagai parameter kemampuan bahan dalam  meredam sebuah suara.
Untuk  mengetahui berapa besar intensitas bunyi sebelum dan sesudah melalui  partisi atau penghalang dapat dilakukan pengukuran dengan alat Sound Level Meter (SLM), satuannya dalam decibel (dB). Di dalam bangunan atau ruang mesin, kemungkinan TL dapat terjadi pada semua bahan pada elemen bangunan, misalnya bahan lantai bertingkat, dinding ruang eksterior maupun interior, bahan bukaan (pintu dan jendela), maupun plafond. Pengukuran standar untuk mengetahui transmission   loss diantaranya adalah ASTM E-90, ASTM E-1050, ISO DIS 140-1, ISO 354 dan lainnya.
Rugi transmisi ini berhubungan erat dengan reduksi bising (noise reduction) yang terjadi antara ruang sumber bunyi dengan ruang penerima bunyi. Reduksi bising merupakan selisih tingkat  tekanan  bunyi  rata-rata  dalam  ruang  sumber  bunyi dengan tingkat tekanan bunyi rata-rata dalam ruang penerima. Secara matematis reduksi bising dinyatakan dalam persamaan berikut :
NR =  L1 – L2                           (2.1)
dimana :
NR = Reduksi bising (dB)
L1= Tingkat tekanan bunyi dalam ruang sumber bunyi (dB)
L2= Tingkat tekanan bunyi dalam ruang penerima (dB)
Sedangkan  hubungan  antara rugtransmisi  (TLdengareduksi  bising (NR) dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝑇 =  NR + 10 log                               (2.2)
Dimana :
TL = Transmission loss (dB)
NR = Noise Reduction ( dB)
Sw = Luas permukaan dinding partisi (m2)
 = Konstanta ruang (sabin.m2)
      =
α  = koefisien absorbsi rata rata
α =

2.2       Koefisien Absorbsi

Koefisien serap/ koefisien absorbsi adalah sebuah rasio yang menyatakan perbandingan antara energi suara yang diserap oleh sebuah permukaan dengan energi suara yang datang pada permukaan tersebut
Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang datang diserap  oleh  bahan. Besarnya energi suara  yang  dipantulkan,  diserap,  atau diteruskan  bergantung  pada  jenis  dan  sifat dari  bahan  atau  material  tersebut.  Pada umumnya  bahan  yang  berpori  (porous material) akan menyerap energi suara yang lebih  besar  dibandingkan  dengan  jenis bahan  lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan  gelombang  suara  dapat masuk  kedalam  material  tersebut. Energi suara  yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya,  pada umumnya diubah menjadi energi kalor
α =

2.3       Ruang Transmission Loss

Ruang pengukuran transmission loss dapat digunakan sebagai ruangan untuk melakukkan pengujian terhadap sebuah spesimen untuk didapatkan nilai transmission loss.

Gambar 2.2  contoh ruang transmission loss
Ruang pengukuran transmission loss   dapat dianggap sebagai kebalikan dari ruang anechoic, karena batas-batasnya memantulkan dan bukan menyerap. Ruang dengung dirancang atau didesain untuk menentukan output daya suara sumber kebisingan, hilangnya trasmisi partisi, penyisipan sumber kebisingan, karakteristik respon mikrofon dan koefisien penyerapan bahan secara acak. Ruang pengukuran transmission loss mempunyai tujuan untuk menciptakan lingkungan pengukuran akustik, didefinisikan sebagai medan suara di mana aliran energi akustik sama di segala arah. Untuk membuat ruang dengung yang sempurna harus pertimbangan yang sangat hati hati. Faktor yang harus dipertimbangkan untuk membuat ruang dengung adalah : volume interior, dimesi ruangan untuk menguji objek, isolasi getaran, sistem ventilasi, pintu, dan sistem elektronik.

 







Ruang pengukuran transmission loss ini mempunyai 3 bagian yaitu : source room, specimen space, receiving room. Source room berfungsi sebagai ruangan yang menjadi tempat pembangkitan sumber suara, specimen space mempunyai fungsi sebagai tempat spesimen yang akan diujikan atau diukur, sedangkan receiving room berfungsi sebagai ruangan penerima










BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
Pada bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam paktikum. Berikut ini penjelasan mengenai praktikum yang telah dilakukan, antara lain :

3.1       Alat dan Bahan

Dalam praktikum kali ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Laptop
b.      Speaker
c.       Software Real Time Analyzer
d.      Bata ringan
e.       Sound level meter 2 buah

3.2       Langkah-langkah Percobaan

Adapun langkah-langkah dalam melakukan percobaan ini antara lain :
1.      Luas ruangan diukur dan dihitung
2.      SLM diletakkan pada ruangan sumber bunyi (SLMS/barat) dan ruangan penerima (SLMR/timur).

Gambar 3.1 Titik Pengukuran Transmission Loss






3.      Ear muff dikenakan kemudian sinyal dibangkitkan dengan software Real Time Analyzer pada frekuensi 125 Hz.           
4.      TTB di ruang sumber dan penerima yang di terukur oleh SLM dicatat
5.      Langkah-langkah percobaan 2-4 diulangi dengan mengubah frekuensi sumber bunyi menjadi 250, 500, 1k, 2k, dan 4k Hz.
6.      Nilai konstanta ruang (R) dicari jika diketahui nilai koefesien absorbsi
Tabel 3.1 Koefisien absorbsi

No

Bahan
Koefesien Absorbsi
125
250
500
1000
2000
4000
1
Smooth unpainted concrete
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.05
2
5 mm Plywood
0.40
0.35
0.20
0.15
0.05
0.05
3
Plasterboard 10 mm
0.30
0.20
0.15
0.05
0.05
0.05
7.      Nilai transmission loss dari ruangan tersebut dihitung, kemudian grafik TL diplot terhadap frekuensi lalu grafik yang didapat dianalisa.



BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1       ANALISA DATA

Tabel 4.2 Pengambilan SPL di ruang sumber
F (Hz)
Pengambilan Data SPL ke-
Rata2
1
2
3
125
96,9
96.8
97,1
96,9333
500
88
89,7
89,8
89,1667
1000
92
92,6
92,3
92,3
2000
98,8
98,7
98,3
98,6
4000
91,8
93
95,7
93,5

Tabel 4.3 Data pengambilan SPL di ruang penerima
F (Hz)
Pengambilan Data SPL ke-
Rata2
1
2
3
125
91,6
92
91,3
91,63333
500
81,6
82,2
81
81,6
1000
71
68,9
67,9
69,26667
2000
72,6
75,4
75,3
74,43333
4000
67,3
71,9
68,1
69,1

Adapun untuk mendapatkan nilai transmission loss dalam percobaan ini, dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan luas permukaan
Dalam m2
Sbawah = 3,15 × 1,54 = 4,851
Satap = 4,851
Skanan = 3,15 × 2,5 = 7,875
Skiri = 7,875
Sdepan = 1,54 × 2,5 = 3,85 - 0,949 = 2,901
Sbelakang = 2,901
Spintu = 1,3 × 0,73 = 0,949
Spartisi (Sw) = 1,35 × 1,98 = 2,673
ruang penerima = 19,249
Kemudian nilai-nilai S di atas disubtitusikan ke persamaan berikut untuk masing masing frekuensi.
α =
Setelah didapatkan nilai α, nilai nilai α tersebut disubtitusikan ke persamaan
R=
Setelah itu nilai R ini disubtitusikan ke persamaan 2.2
𝑇 =  NR + 10 log
Dari perhitungan tersbut, didapatkan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut
Tabel 4.4 Hasil perhitungan Transmission Loss
f (Hz)
α
R
TL
125
0,0747
1,5539
7,6557
500
0,0493
0,9981
11,8449
1000
0,03183
0,35547
31,7949
2000
0.026
0,5138
31,332
4000
0,05
1,91245
25,85

Dari tabel tersebut dibuat grafik seperti berikut
Gambar 4.1 Grafik Transmission Loss terhadap frekuensi

4.2       Pembahasan

Pada praktikum ini, praktikan mencari nilai transmission loss dari sebuah ruang Besarnya transmission loss  dapat dihitung jika kita mengetahui nilai noise reduction, luas permukaan dinding partisi, dan nilai konstanta ruang. Berdasarkan hasil pengukuran, luas permukaan partisi baik ruang sumber maupun ruang penerima adalah 19,249 m2. Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien absorbsi rata-rata memiliki nilai yang beragam di tiap frekuensi, nilai koefisien absorbsi tertinggi didapat pada frekuensi 125 Hz. Adapun nilai Transmission Loss paling besar didapat pada frekuensi 1000 Hz yaitu sebesar 31,7949 dB, kemudian pada frekuensi 2000 Hz mulai menurun atau semakin pendek waktu dengungnya. Berdasarkan literatur, dijelaskan bahwa nilai TL bergantung dari frekuensi bunyi, hubungan keduanya adalah sebanding yaitu semakin tinggi frekuensi maka semakin besar pula transmission loss yang dihaisilkan.. Jika dibandingkan dengan hasil praktikum dan analisi perhitungan data, maka hasilnya tidak sesuai dengan teori.




BAB V

PENUTUP

5.1          Kesimpulan

Dari praktikum P4 bahwa dari data yang anda peroleh, dapat disimpulkan bahwa materi mampu menyerap tertinggi difrekuensi 125 Hz.

5.2          Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum P4 ini, antara lain :
1.      Peralatan dan bahan yang digunakan sebaiknnya memiliki kualitas yang baik, sehingga suara yang terdengar dapat terukur dan tercatat dengan baik.




LAMPIRAN

Review Jurnal “Kualitas Akustik Panel Dinding Berbahan Baku Jerami” oleh Christina E. Mediastika.
Pendahuluan
Kebutuhan akan panel pelapis dinding untuk keperluan meredam bising dan meningkatkan kualitas bunyi dalam ruang-ruang studio pribadi kini terus meningkat.. Namun, akses masyarakat pada panel semacam  incukup  rendah,  disebabkan  tingginya harga jual dan tidak meratanya ketersediaan di pasar. Pada tahap awal telah diselidiki kemungkina penggunaa limbah   sebaga bahan bakpanel.  Adapun  limbah  yang  dipilih  adalah jerami padi, mengingat material ini memiliki karakteristisebagaimana  bahan-bahan  untuk keperluan akustik, seperti elastisitas cukup tinggi dan mengandung rongga udara.. Pada tahap selanjutnya, karena panel dimaksud lebih ditujukan untuk memenuhi kriteriak akustik, maka pengujian yang terkait dengan properti akustik panel dilakukan. Adapun pengujiannya meliputi: kemampuan redaman (TL) (terkait  dengan  tugasnya  untumeningkatkan kemampuan redaman dinding dalam mengurangi intrusi  kebisingan  kdalam  bangunan),  koefisien serap (α) dan waktu dengung (RT60) - terkait kemampuannya meningkatkan kualitas akustik ruang dengan mengurangi terjadinya pemantulan yang tidak diperlukan.
Kajian Teoritis
Pada  prinsip  insulasi  dikenal  bahwa  semakin  tebal (dan berat) bahan dinding yang digunakan, maka redaman  yang  diperoleh  jugakasemakin  besar. Kemampuainsulasi dinding berlapis (dinding utama yag dilapis panel) salah satunya diukur dalam Transmission Loss (TL) dalam satuan deciBell (dB). Semakin besar nilai TL suatu dinding, maka semakin besakemampuannya  meredam  perambatan gelombang bunyi. Selain untuk meningkatkan insulasi bahan, penggunaan bahan pelapis dinding bagian dalam juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kualitas bunyi yang  dikehendaki  ddalam  ruang. Kualitas  akustik  suatu  ruangan  salah  satunya ditentukan   oleh  hitungan  waktu  dengung  (RT60). Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu bunyi yang mucncul di dalam ruangan untuk melemah kekuatannya sebesar 60 dB. Hal ini dipengaruhi oleh volume ruangan (V), koefisien serap ) bahan pelapis ruangan dan luasan masing-masing bahan serap yang digunakan. RT60 yang terlalu rendah dari baku dapat diperbaiki dengan mengganti elemen pelapis ruang yang lebih memantul (memiliki koefisien absorpsi rendah) dari sebelumnya. Sementara pada RT60 yang melebihi baku, dapat diperbaiki dengan mengganti elemen pelapis yang lebih menyerap (memiliki koefisien absorpsi tinggi). Adapun koefisien absorpsi ) adalah angka perbandingan atau rasio dari senergi bunyi  yang  diserap  oleh  material  terhadap  energi secara total yang mengenai material tersebut. Koefisien  absorpsi  suatu  material  diukur  dengan pengangkaa dari   0  sampa 1.  Eleme dengan koefisien absorpsi 0 artinya memiliki kemampuan serap  0 atasangat  memantul.  Sebaliknya  elemen dengakoefisien  absorpsi  1 adalah elemen dengan kemampuaabsorpsi sangat baik atau 100%.
Pengujian
Pengujian Kemampuan Redaman/Insulasi (Transmission Loss/TL)
Pada tahap awal pencetakan, dilakukan terlebih dahulu pembersihan jerami dai kotoran-kotoran yang ada di sawah. Jerami kemudian dijemur hingga kering dibawah  sinar matahari.  Dalakondisi  terik diperlukan waktu penjemura3-4 hari. Selanjutnya, jerami ditimbang sesuai komposisi yang diperlukan, dibasahi dengan air yang telah diperkaya dengan fungisida dan anti rayap secara merata dalam kondisi lembab saja (tidak terlalu basah), kemudian ditaburi serbuk semen abu-abu secara merata. Adonan ini ini kemudian dicetak dalam cetakan kayu. Didiamkan didalam cetakan selama 2 x 24 jam, kemudian dikeluarkan dan diangin-anginkan (tidak langsung dibawah  matahari)  padrak selama  14 x 24 jam. Selanjutnya panel diletakkan pada kotak/ruang anechoic.
Pengujian Koefisien Serap
Sebagaimana dilaporkan (Mediastika, 2007-b), untuk ruang-ruang dengan besaran 30 ms.d. 90 m3 sebagaimana   dimiliki     bangunan-banguna privat yang kemudian dialih fungsikan sebagai bioskop pribadi (home theatre), maka untuk memiliki kualitas RT60 dibawah 1 detik diperlukan koefisien serap panel jeramminimal  0,22 (koefisien  serap pada volume maksimum: 90 m3). Suatu material disebut menyerap dengan baik, bila kemampuan serapnya diatas 0,2 (Egan, 1972).
Pengujian Waktu Dengung (RT60) pada Ruangan Berpanel
Untuk   keperlua pengujia lapangan panel jerami dicetak dengan demensi sebagaimana dipersiapkan untuk keperluan produksi massal, yaitu 300 mm x 600 mm, dengan ketebalan 20 mm dan 30 mm. Selanjutnya  panel-panel  yantelah  siap kemudian dipasang pada dinding ruangan dengan bantuan rangka kayu.
Hasil dan Kesimpulan
Serangkaian proses identifikasi bahan baku, pra- cetak, cetak (Mediastika, 2007-a), pengujian kekuatan desak dan lentur (Mediastika, 2008), serta pengujian kualitas akustik panel berbahan baku jerami telah dilaksanakan. Rangkaian penelitian ini menunjukkan bahwa jerami sebagai bahan limbah memiliki potensi yang sangat besar untuk diolah sebagai bahan baku pembuatan  panel.  Panedimasksud  memiliki kekuatan struktural yang mencukupi untuk menahan beban sendiri, dan pada penelitian yang disajikan dalam tulisan ini, panel juga menunjukkakualitas akustik yang memadai. Namun demikian, penelitian lanjuta untuk   menentuka karakteristi akustik secar lebi valid   sekaligu untu memeriksa beberapa bahan tambahan yang sekiranya diperlukan untuk menjaga keawetan panel masih tetap direkomendasikan sebagai penelitian lanjutan.


No comments:

Post a Comment